Senin, 18 Januari 2010

Seismic Operation in Marine


Seismic Operation in Marine
Oleh Rangkuman Diskusi Mailing List Migas Indonesia - Desember 2003

Point pertama diatas membuat seismik darat (dan transition zone dan foothill juga) jadi ribet, tingkat keribetannya sangat tergantung kondisi lapangannya, kalau di Mahakan (transition zone) misalnya keribetannya datang dari penggelaran spread di rawa rawa, pindah ketanah keras, pindah kesungai dll. Bisa anda bayangkan berapa banyak orang harus dikerahkan untuk menggelar dinamit dan geophone, berapa banyak tambak udang mesti diterabas ......belum masalah orang hanyut, digigit ular dan dimakan buaya ......belum masalah kabel seismik,,'station unit' dicuri orang atau kemasukan air.... belum masalah dikerjar penduduk minta ganti rugi ......... kalau lagi supervisi dikantor bisa marah marah ini kok cuma 'maju' 10 shotpoint sehari ?, tapi kalau supervisi kelapangan jadi sedih dan terharu .........Itu baru masalah operasional sehari hari, masalah processingnya juga nggak kalah rame : source dan receiver yang beda beda menimbulkan respon seismic yang beda, kemudian juga tingkat kekerasan wheathering zonenya juga beda beda dan mesti dikompensasi dengan bener, semua itu bikin sakit kepala orang yang memproses datanya ........

Itu Mahakam, bagaimana kalau di Bolivie dengan bukit bukit dan gunung mencakar cakar langit, yang mengelar spread harus jago manjat tebing, dan gimana kalau di basin timan pechora rusia ?, satu survey seismic bisa berlangsung selama dua musim dingin biar ketebalan es sama semua supaya nggak pusing mengkompensasi respon seismiknya .......

Acquisiton seismik dilaut jauh lebih sederhana operasinya dibanding di darat dan di transition zone, spread ditarik kapal dan kapal tinggal mondar-mandir aja pindah ketempat yang direncanakan. akibatnya orang yang terlibat jadi lebih sedikit, kalau didarat buruhnya bisa 1000 orang, kalau dilaut 100 atau kurang juga cukup, toh yang mendeploy spread (streamer) bukan manusia ..... Saat ini bahkan untuk daerah laut dalam di Afrika sering dipakai enam streamer sekali jalan dan panjang streamer bisa 10 km ( untuk mengcover target dalam, maklum lautnya saja kedalamannya 3 km). Akibatnya kerjaan seismik laut bisa selesai jauh lebih cepat dari seismik darat, dan harganya perkm persegi jadi lebih murah juga. Jadi nggak heran kalau seismik laut di afrika saat ini bisa luar biasa luas nya, ibaratnya satu delta Mahakam di 3D seismik semua sekali pukul .....

http://www.migas-indonesia.com/index.php?module=article&sub=article&act=view&id=404&page=2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar